Selasa, 19 April 2011

Menjelajahi Lekuk Keperawanan

Sebenarnya saya agak ogah-ogahan menulis tentang ini, bukan hanya terlalu dalam tapi perempuan, membicarakan betisnya saja tak cukup seharian, apalagi saya tak ingin mengkerdilkan keperawanan hanya untuk sebatas makhluk yang berjenis kelamin perempuan (hal yang lumrah dipersepsi saat ini).

Begini kawan, keperawan bukan hanya sekedar selaput yang harus utuh sampai perkawinan (sah) tiba atau hanya boleh "terkoyak" pada malam pertama. terminologi keperawanan yang mengendap di dalam dan di bawah alam sadar kita yang terus dipupuk subur (terutama oleh lelaki) selalu bersaudara kembar dengan keutuhan hymen atau selaput dara. betapa semuanya telah dipersempit jika selaput tipis itu sudah tak ada dari diri seorang wanita otomatis ia tak perawan dan sudah bisa dipastikan pernah berhubungan seksual. sekali lagi betapa semuanya telah dipersempit.



Menjadikan selaput dara dan selanjutnya diperkenalkan dengan nama keperawanan sebagai segel moral adalah tidak mendasar sama sekali. bagaimana mungkin selaput tipis yang mudah sobek tersebut tidak hanya dengan hubungan seksual dapat dijadikan ukuran kesucian seseorang (perempuan). Nilai keperawan tidak boleh hanya sebatas ini harus ada lompatan kedepan untuk memaknainya, menggali spirit yang lebih manusiawi tidak hanya dalam memperlakukan perempuan tapi juga mempersepsinya. Selama ini persepsi tentang perempuan selalu dibangun oleh laki-laki tidak terkecuali bangunan persepsi tentang tubuh perempuan selama ini juga dikuasai laki-laki, istilah dan terminology yang muncul selalu dari proyeksi dan kacamata laki-laki.


Perjuangan emansipasi perempuan bisa jadi telah membebaskannya dari penghamba sahayaannya secara fisik namun tidak secara psikis dan persepsi, perempuan masih tertindas dalam pencitraan, keperawanan adalah contoh dimana laki-laki menetapkan standard dan syarat atas tubuh yang bukan miliknya. Lebih jauh ini megindikasikan masih kuat dan kental penindasan laki-laki terhadap perempuan, dalam hal ini bukan hanya perempuan yang harus diberikan penyuluhan tapi laki-laki juga harus diberikan pencerahan dalam memandang perempuan, perempuan adalah saudara kandung laki-laki yang sejajar dan harus diperlakukan manusiawi.


Sumber : http://tentangbuaya.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar