Jumat, 22 Juli 2011

Pengosongan Isi Lambung Setelah Kematian

Banyak para pathologis memperdebatkan penggunaan isi lambung sebagai pengukuran saat mati dan menghubungkannya dengan saat makan terakhir sebelum terjadi kematian.(ber,adel,coe,grad).

Dasar dari  metode pengosongan lambung sebagai penentuan saat mati adalah bahwa  makanan hampir mempunyai waktu yang sama di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara fisik sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan.(bern). Adelson mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan meninggalkan lambung dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya sedang membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam untuk meninggalkan lambung, dan untuk makanan berat memerlukan waktu 4 sampai 6 jam sebelum seluruhnya dikeluarkan kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai distal ileum antara 6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari tiap  individu. (bern). Metode terbaru dengan menggunakan teknik radioisotop dalam penelitian mengenai pengosongan lambung memperlihatkan hal-hal yang menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka air akan meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari bagian yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata tinggal lebih lama dalam lambung (Brophy).

Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah konstan, waktu pengosongan lambung yang lama  tidak hanya disebabkan oleh penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh factor-faktor psikologis atau trauma fisik terutama yang mengenai kepala. (bern,coe, adelson), seperti yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami koma selama 1 minggu sebelum meninggal karena trauma kepala yang mematikan, pada penemuan otopsi terdapat sejumlah besar dari isi lambung yang masih terlihat segar seperti baru saja ditelan.(bern).
De Saram pernah mempelajari isi lambung dan isi usus dari 41 orang - orang yang menjalani hukum gantung, dan mencatat bahwa kecepatan perjalanan makanan dalam jumlah  banyak dan padat mempunyai  rata-rata perjalanan 6 – 7 feet/ jam dalam usus halus dan mencapai valvula ileocaecal dalam 3 – 3,5 jam, ini membuktikan bahwa emosi yang abnormal dapat meningkatkan motilitas saluran cerna.(adel,bern).

Terdapat beberapa faktor yang membingungkan dalam penggunaan pengosongan lambung sebagai penentuan saat mati adalah :

  1. Proses pencernaan  mungkin masih berlangsung selama beberapa saat setelah kematian.
  2. Sifat-sifat fisika dari makanan, dimana lebih cair konsistensi makanan maka lebih cepat pengosongannya. Cairan yang masuk kedalam lambung akan langsung menuju duodenum tanpa istirahat yang berarti.
  3. Sifat-sifat dari makanan dapat mengubah atau memodifikasi waktu pengosongan lambung, khususnya yang mengandung lemak, yang dapat menyebabkan lambatnya pembukaan pylorus secara nyata, kadar alcohol yang tinggi dan kopi yang dapat mengiritasi mukosa lambung juga cenderung menyebabkan penngosongan lambung menjadi lambat.
  4. Yang tidak kalah pentingnya adalah shock sistemik atau nervous shock melalui system syaraf parasimpatis seperti NX dapat memperlambat atau menyetop pergerakan lambung atau mungkin m alah meningkatkan motilitasnya.
    Sehingga bila hendak mengambil kebijaksanaan atau keputusan dengan menggunakan isi lambung sebagai pernyataan saat mati yang dihubungkan dengan makan terakhir sebelum mati maka diperlukan suatu kehati-hatian yang luar biasa, oleh karena tingkat dan cepatnya pengosongan lambung dapat digunakan untuk penentuan saat mati bila ada salah satu orang yang tahu betul  kebiasaan makan, waktu makan, dan jumlah yang biasa dimakan oleh orang yang meninggal tersebut sebelum dia mati.


Sumber : http://www.freewebs.com 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar