Sabtu, 14 Mei 2011

Penyebab Kematian Janin


Angka lahir matt untuk berat badan lahir 500 g atau lebih telah jauh menurun selama dekade terakhir. Bersama dengan penurunan angka lahir mati, pola kausa lahir mati juga berubah bermakna. Dengan kemajuan dalam bidang obstetrik, genetika klinik, ilmu kedokteran feto-maternal dan neonatus, dan patologi perinatal, semakin banyak kasus lahir mati yang sernula dikategorikan sebagai “tidak diketahui sebabnya” sekarang dikaitkan dengan kausa tertentu. Informasi semacam ini dapat meningkatkan penatalaksanaan kehamilan berikutnya.

Kausa kematian janin vang umum adalah infeksi, malformasi, hambatan pertumbuhan janin, dan solusio plasenta. Akan tetapi, lebih dan seperempat kematian janin tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Diakui bahwa otopsi yang dilakukan oleh ahli patologi dengan keahlian dalam penyakit janin dan plasenta, dibantu oleh suatu tim yang mencakup ilmu kedokteran fetomaternal, genetika, dan spesialis anak, sering dapat menentukan penyebab lahir mati. Penyebab kematian janin secara utnum dikategorisasikan sebagai kausa janin, plasenta, atau ibu. 

1. Kausa Janin
Antara 25 dan 40 persen kasus lahir mati memiliki kausa janin dan mencakup anomali kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops nonimun, dan isoimunisasi anti-D. Insidensi malformasi kongenital mayor yang dilaporkan pada bayi lahir mati sangat bervariasi, dan bergantung pada apakah dilakukan otopsi. Sekitar sepertiga kematian janin disebabkan oleh anomali struktural, dan yang tersering karena cacat neural-tube, hidrops, hidrosefalus terisolasi dan penyakit jantung kongenital kompleks. Anomali struktural dan aneuploidi ini dapat didiagnosis secara antenatal.

Insidensi lahir mati akibat infeksi pada janin tampaknya sangat konsisten. Enam persen kasus bayi lahir mati disebabkan oleh infeksi. Sebagian besar didiagnosis sebagai “korioamnionitis”, dan sebagian sebagai “sepsis janin atau intrauterus.” Sifilis kongenital merupakan kausa kematian janin yang lebih sering pada wanita dan golongan sosial ekonomi lemah. Infeksi lain yang berpotensi menyebabkan kematian adalah infeksi sitomegalovirus, parvovirus B19, rubela, varisela, dan listeriosis.

2. Kausa Plasenta
Sekitar 15 sampai 25 persen kematian janin disebabkan oleh masalah di plasenta, membran, atau tali pusat. Solusio plasenta (lihat Bab 25) adalah kausa tunggal kematian janin yang dapat diidentifikasi.
Infeksi plasenta dan membran yang secara klinis bermakna jarang terjadi tanpa infeksi yang signifikan pada janin. Pengecualiannya adalah tuberkulosis dan malaria. Pemeriksaan plasenta dan membran secara mikroskopik dapat membantu kita untuk mengidentifikasi kausa infeksi. Korioamnionitis ditandai oleh infiltrasi korion oleh leukosit polimorfonukleus dan mononukleus. Akan tetapi, temuan ini tidak bersifat spesifik.

Infark plasenta memperlihatkan degenerasi trofoblastik fibrinoid, kalsifikasi, dan infark iskemik akibat oklusi arteri spiralis. Jika terjadi hipertensi berat, dua pertiga plasenta memperlihatkan infark semacam itu.

Perdarahan janin-ibu dapat sedemikian parah sehingga menyebabkan kematian janin. Perdarahan janin-ibu yang mengancam nyawa berkaitan dengan trauma berat pada ibu. Transfusi kembar-kekembar merupakan kausa plasental kematian janin yang sering terjadi pada kehamilan multijanin monokorion.

3. Kausa Ibu
Hal yang mungkin agak mengejutkan adalah bahwa penyakit ibu tidak banyak berperan dalam kasus janin lahir mati. Gangguan hipertensif dan diabetes adalah dua penyakit ibu yang paling sering disebut berkaitan dengan janin lahir mati (5 sampai 8 persen dad kasus lahir mati). Antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin dilaporkan berkaitan dengan vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan perrumbuhan janin, abortus rekuren, dan kernatian janin. Baru-baru ini, dilaporkan adanya keterkaitan antara trombofilia herediter dan solusio plasenta, hambatan pertumbuhan janin, dan lahir mati.

4. Kelahiran Mati yang Tidak Dapat Dijelaskan
Dengan penelitian saksama terhadap perjalanan klinis, pemeriksaan cermat terhadap bayi lahir mati yang masih Baru, dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai, termasuk otopsi, masih terdapat sekitar 10 persen kematian janin yang belum dapat dijelaskan sebabnya. Kesulitan dalam menilai kausa kematian janin semakin besar pada bayi prematur.


Pustaka
Obstetri Williams

Tidak ada komentar:

Posting Komentar