Preeklampsia menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu melahirkan di Indonesia. Dan salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia adalah jarang terpapar sperma.
Preeklampsia atau toksemia adalah penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) pada kehamilan yang disertai adanya protein di urine setelah kehamilan 20 minggu (5 bulan). Preeklampsia yang disertai kejang disebut eklampsia.
"Salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil adalah jarangnya terpapar sperma," jelas Dr Med Damar Prasmusinto, SpOG (K), dari Divisi Fetometernal Departemen Obstetri Ginekologi FKUI/RSCM.
Menurut Dr Damar, maksud dari jarang terpapar sperma disini adalah pasangan yang pada awal pernikahan memutuskan untuk kontrasepsi barrier (menggunakan kondom), pertama kali menjadi ayah dan sperma berasal dari orang lain (donor insemnasi).
"Hal ini disebabkan karena faktor imunologi. Jadi ada ketidaksesuain antara gen ibu dan ayah, sehingga ketika si ibu hamil terjadi penolakan gen ayah. Inilah yang menjadi faktor risikonya," jelas Dr Damar lebih lanjut.
Dr Damar menjelaskan, pada saat plasenta masih berada di rahim maka terjadi pembentukan pembuluh darah baru. Pada ibu hamil dengan tekanan darah normal, maka pembuluh darah akan lebar. Namun, ketika terjadi penolakan gen, maka pembuluh darah baru tersebut akan sempit dan tekanannya menjadi tinggi.
Tekanan yang tinggi ini menyebabkan kerusakan endotel (dinding pembuluh darah), yang akhirnya tidak hanya menyebabkan tekanan darah tinggi di plasenta, tetapi juga pada pembuluh darah di seluruh tubuh yang menyebabkan hipertensi.
Selain jarang terpapar sperma, faktor risiko yang paling sering terjadi adalah sebagai berikut:
Preeklampsia atau toksemia adalah penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) pada kehamilan yang disertai adanya protein di urine setelah kehamilan 20 minggu (5 bulan). Preeklampsia yang disertai kejang disebut eklampsia.
"Salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil adalah jarangnya terpapar sperma," jelas Dr Med Damar Prasmusinto, SpOG (K), dari Divisi Fetometernal Departemen Obstetri Ginekologi FKUI/RSCM.
Menurut Dr Damar, maksud dari jarang terpapar sperma disini adalah pasangan yang pada awal pernikahan memutuskan untuk kontrasepsi barrier (menggunakan kondom), pertama kali menjadi ayah dan sperma berasal dari orang lain (donor insemnasi).
"Hal ini disebabkan karena faktor imunologi. Jadi ada ketidaksesuain antara gen ibu dan ayah, sehingga ketika si ibu hamil terjadi penolakan gen ayah. Inilah yang menjadi faktor risikonya," jelas Dr Damar lebih lanjut.
Dr Damar menjelaskan, pada saat plasenta masih berada di rahim maka terjadi pembentukan pembuluh darah baru. Pada ibu hamil dengan tekanan darah normal, maka pembuluh darah akan lebar. Namun, ketika terjadi penolakan gen, maka pembuluh darah baru tersebut akan sempit dan tekanannya menjadi tinggi.
Tekanan yang tinggi ini menyebabkan kerusakan endotel (dinding pembuluh darah), yang akhirnya tidak hanya menyebabkan tekanan darah tinggi di plasenta, tetapi juga pada pembuluh darah di seluruh tubuh yang menyebabkan hipertensi.
Selain jarang terpapar sperma, faktor risiko yang paling sering terjadi adalah sebagai berikut:
- Kehamilan pertama
- Pernah terjadi preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
- Kehamilan lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya
- Usia saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
- Terlahir dengan pertumbuhan janin terhambat
- Riwayat preeklampsia di keluarga (khususnya ibu atau saudara perempuan)
- Indeks massa tubuh diatas 35
- Sebelum hamil pernah mengalami hipertensi kronis, migrain, diabetes, penyakit.
- Ginjal, maupun rheumatoid arthritis.
- Kehamilan kembar
- Donasi sel telur
- Infeksi saluran kemih
- Kelainan janin
Menurut Dr Damar, tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat berdampak bagi ibu dan anak, yaitu:
- Pada Ibu
- Jangka pendek menyebabkan sindrom HELLP (adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar), edema pulmonium dan eklampsia.
- Jangka panjang menyebabkan penyakit kardiovaskular, gagal ginjal kronik dan Dibetes Mellitus tipe 2.
- Pada Bayi
- Cerebral palsy
- Dibetes Mellitus tipe 2
- Penyakit kardiovaskular
- Obesitas
- PCO (Polycistic Ovarium)
- Teratozoospermia (bentuk sperma tidak normal)
Selain faktor imunologi, kehamilan preeklampsia juga disebabkan karena faktor genetik (keturunan) dan pendarahan, sehingga besar kemungkinan kondisi ini menurun di dalam keluarga.
Tapi untuk mencegahnya, ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan sebelum dan saat kehamilan, yaitu mengoptimalkan status nutrisi, antara lain:
- Multivitamin dan mineral, protein dan karbohidrat bervariasi
- Atasi infeksi seperti sakit gigi, infeksi saluran kemih dan keputihan.
- Upayakan berat badan ideal
- Olahraga teratur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar